My Picture



Rasanya pengen nangiss dehhhh waktu di datangin sipir begitu kami semua hendak keluar dari ‘pulau penjara’ dan naik ke kapal kami Antonio 1.

Pak sipirnya datang dan bertanya “Kamu bilangnya mau apa tadi kesini?!” waktu itu saya diam aja, sampai pak sipir itu menanyakan hal yang sama 3 kali, baru saya jawab “mau wisata, pa..”

“Mau wisata?! Kalian tahu kan kalau ini penjara, bukan tempat wisata!”

“Iya pak, saya tahu.”

“Kenapa tetap masuk?”

Waktu itu langsung saya jelasin begini “Saya  minta maaf sebelumnya, memang awalnya kami tidak berniat datang kesini. Tapi jujur saja pak, ketika kami datang ke pulau wisata Nusa kambangan yang satunya, sejujurnya kami kecewa pak. Tempatnya memang indah, ngga salah lagi, tapi disana pantainya kotor dan tidak seperti yang kami bayangkan. Sekali lagi saya minta maaf pak dan janji ngga akan mengulanginya lagi.” Panjang lebar saya berbicara ke Pak Sipir itu..

Tapi beliau jawab lagi begini “yah bagaimana mau diulangi lagi, orang sudah kejadian kok! Kalau mau masuk pun bukan begini caranya.. Minta tolong ke siapa kamu sampai bisa masuk begitu? Ke Pak Bui?! Siapa sih dia? Dia tuh bukan siapa-siapa, dia cuma guide komersil.”

Saya jawab “iya pak, saya mohon maaf. Ini bukan kesalahan siapa-siapa, tapi kesalahan kami sebagai wisatawan. Seharusnya kami tidak datang ke tempat ini.”

Pak sipir bilang lagi begini “Bukan.. bukan.. saya ngga menyalahkan siapa-siapa. Yang saya salahkan hanya 1 orang – Pak Bui.”
Sampai akhirnya saya memberanikan diri bertanya “maaf pak, boleh saya tanya.. Apakah ada kemungkinan untuk wisatawan seperti kami-kami ini untuk mengunjungi Pulau Penjara Nusa Kambangan? Karena saya tidak bisa berbohong pak, kalau pulau ini memiliki keindahan alam tersendiri.”

Pak sipir menjawab “Kemungkinan itu selalu ada, setiap lebaran, kami selalu membuka pulau ini selama seminggu penuh kok. Jadi tidak peru sembunyi-sembunyi seperti ini.”

“Ooh begitu yah pak.. tapi selain itu, apakah ada cara lain?” saya bertanya lagi

“Yah yang paling penting kamu minta ijin ke saya, bukan ke Pak Bui yang tidak punya wewenang disini.” beliau jawab.
Karena saya sangat ingin tahu apa maksudnya, jadi saya tanya lagi 

“maksudnya pak?”

“maksudnya kamu bisa datang kesini sebagai orang yang berniat menjenguk”
Wooww, saya kaget dan bingung dan bertanya lagi “maksudnya siapa pak?”

“yah, kamu kan bisa minta ijin ke saya sebagai orang yang mau menjenguk, yah siapa lahh.. bisa kita buat.. Kita semua kan sebenarnya saudara. Yaaahh.. saudara dalam Nabi. Bener kan?”

Karena pembicaraan sudah mulai mencair, saya memberanikan diri untuk tertawa dan menjawab “iya pak, Nabi yang sama adam dan hawa.” Saya jawab begitu, lalu saya sambung lagi “ooh kalau begitu, lain kali kalau mungkin saya datang lagi, saya akan minta ijin ke Bapak saja, bukan yang lain”

Saat saya berkata begitu, dia hanya tersenyum dan akhirnya kami berdua bersalaman. Fiuhhhh.. pengen nangis, tegang, tapi akhirnya saya merasa lega karena semuanya dapat berakhir dengan baik.



Saya dan Pak Hasyim, di Cilacap

Tanggal 19 Agustus 2013 kemarin saya dan seorang teman bernama Iis dan seorang saudara sepupu saya (Christy) punya kesempatan untuk berwisata ke Cilacap (Nusa Kambangan). Sebelum berangkat kami sempat menghubungi seorang kenalan ayah saya yang bernama Pak hasyim yang kebetulan sedang bekerja disana.

Begitu kami tiba di Cilacap, Pak Hasyim yang baik telah menunggu kami di terminal bus untuk menjemput kami, begitu pula ketika akan melakukan perjalanan di sekitar kota Cilacap, Pak Hasyim menyempatkan diri untuk mengantar kami sampai ke tempat tujuan. Walaupun tidak ikun berwisata bersama kami, namun setidaknya beliau sudah dengan sangat baik meluangkan waktu kerjanya untuk kami.

Bukan hanya itu, ketika kami semua sudah makan dengan kenyang, tiba-tiba Pak hasyim menanyakan apakah kami sudah makan atau belum, dan mengucapkan syukur ketika kami berkata kepadanya bahwa kami sudah makan.

Ketika kami selesai berwisata di Cilacap, pada saat itu kami pulang cukup malam sekitar pukul 19.30, dan begitu kami sudah sampai hotel, ternyata beliau sedang menunggu kami di luar hotel. Begitu juga ketika kami dalam perjalanan pulang dari Cilacap ke Bandung, beliau terus menanyakan keberadaan kami dan bersyukur ketika kami sudah tiba di Bandung dengan selamat.

Wooww.. Kebaikan hati seseorang memang tidak dapat terlihat dari seberapa lama kita kenal orang itu, atau seberapa sering kita bertemu dengan seseorang. Kebaikan hati orang lain tercermin ketika seseorang secara ikhlas membatu orang lain tanpa memandang berapa lama kita mengenalnya atau siapa orang yang akan dibantunya.

Saya, Iis dan Christy mengucapkan terima kasih kepada Pak Hasyim atas bantuan dan pertolongannya selama kami berada di Cilacap.


Followers

About Me